Minggu, 27 Februari 2011

PEMBERIAN NUTRISI MELALUI PIPA LAMBUNG

Tindakan pemberian nutrisi melalui pipa lambung dikarnakan P(X) yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi per oral/adanya ganguan fungsi menelan.

TUJUAN

1. Memenuhi kebutuhan nutrisi P(X)

ALAT & BAHAN

1. Pipa penduga dalam tempatnya corong
2. Spuit 20 cc
3. Pengalas
4. Bengkok
5. Plester & gunting
6. Makanan dalam bentuk cair
7. Air matang
8. Obat-obata
9. Stetoskop
10. Kem
11. Baskom berisi air (klau tidak ada stetoskop)
12. Vaselin

PROSEDUR KERJA

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi P(X) Atur posisi dengan semi – Flower.
4. Bersihkan daerah hidung & pasangkan pengalas di daerah dada.
5. Letakkan bentok di sebelah P(X).
6. Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari epigastrium sampai hidung lalu di bengkokkan ke telinga dan beri batasnya.
7. Berikan vaselin di ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut, lalu masukan ke hidung secara perlahan-lahan sambil pasien di suruh menelan.
8. Cek apakah pipa bener-bener sudah masuk dan pas pada epigastrium dengan cara…::

•a. Masukan ujung pipa yang di klem kedalam baskom yang berisi air (klem dibuka) dan perhatikan bila ada gelembung, berarti pipa masuk keparu-paru. Jika tidak ada gelembung berarti pipa tersebut masuk ke lambung.setelah itu di klem lalu dilipat.
•b. Masuka udara degan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut, kmudian dengarkan dengan stetoskop. Apabila di dalam lambung berbunyi sa’at udara di masukin berarti ujung pipa sudah masu.kemudian ambil udara sebanyak udara yag dimasukin ke dalam epigastrium .

PEMBERIAN OKSIGEN

Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui 3 cara, yaitu. . .

1. KATETER NASAL
2. KANULA NASAL
3. MASKER OKSIGEN


TUJUAN

1. Memenuhi kebutuhan oksigen.
2. Mencegah terjadinya Hipoksia.

ALAT DAN BAHAN

1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier
2. Kateter nasal, Kanula nasal, masker
3. Vaselin/jeli

PROSEDUR KERJA

KATETER NASAL


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur kecepatan oksingen sesui dengan kebutuhan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifier dengan meliat air bergelembung.
4. Atur posisi dengan semi – Flower.
5. Ukur ateter nasal dimulai dari telinga sampai ke hidung trus ke lambung.
6. Buka saluran udara dari tabung oksigen.
7. Berikan (jeli/vaselien).
8. Masukan ke dalam hidung sampai batas yang di tentukan.
9. Ceklah kateter apakah sudah masuk/belum dengan menenkan lidah p(X) menggunaan Spatel.
10. Fiksasi pada daerah idung.
11. Periksalah kateter tersebut selama 6-8 jam sekali.
12. Kaji cuping hidung, setum, dan mukosa hidung, serta periksa kecepatan oksigen.
13. Catat kecepatan oksigen. Rute pemberian dan respon klien.
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.



KANULA NASAL


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur kecepatan oksingen sesui dengan kebutuhan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifier dengan meliat air bergelembung.
4. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamaan P(x).
5. Periksa kanula setiap 6-8 jam.
6. Kaji cuping hidung, setum, dan mukosa hidung, serta periksa kecepatan oksigen.
7. Catat kecepatan oksigen. Rute pemberian dan respon klien.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

MASKER OKSIGEN

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan
3. Atur posisi dengan semi – Flower.
4. Atur kecepatan oksingen sesui dengan kebutuhan, biasanya 6-10 liter/menit. Kemudian observasi humidifier dengan meliat tabung air bergelembung.
5. Tempatkan masker oksigen di atas mulut dan hidung P(X) dan atur pengikat untuk kenyamanan P(X).
6. Periksalah kecepatan aliran tersebut tiap 6-8 jam.
7. Catat kecepatan oksigen. Rute pemberian dan respon klien.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Kamis, 24 Februari 2011

Kamis, 17 Februari 2011

ASKEP HIPERTENSI

1.Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997) ASKEP HIPERTENSI
1.Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)
1.Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
o Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
o Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
o Stress Lingkungan.
o Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
5. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
6. Hipertensi SekunderDapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
3. Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke seljugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Danapabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkanretensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanandarah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.
1. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1.
1.
o Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
o Sakit kepala
o Epistaksis
o Pusing / migrain
o Rasa berat ditengkuk
o Sukar tidur
o Mata berkunang kunang
o Lemah dan lelah
o Muka pucat
o Suhu tubuh rendah
1. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laborat
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
 BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
 Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
o CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
o EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
o IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
o Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.
1. Penatalaksanaan
o Penatalaksanaan Non Farmakologis
1. DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
1.
1.
o Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
0. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
1. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
2. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
3. Tidak menimbulakn intoleransi.
4. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
5. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi
1. Pengkajian
o Aktivitas/ Istirahat
 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
 Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
o Sirkulasi
 Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
 Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
o Integritas Ego
 Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
 Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
o Eliminasi
 Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
o Makanan/cairan
 Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
 Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
o Neurosensori
 Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
 Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
o Nyeri/ ketidaknyaman
 Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
o Pernafasan
 Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
 Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
o Keamanan
 Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
1. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
o Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
o Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
o Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
1. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / bebankerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
o Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
o Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
1.
1.
o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
o Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
o Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja jantung).
o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).
Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil asien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
1.
1.
o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
o Batasi aktivitas.
o Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
o Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil asien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :
1.
1.
o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia.
o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
o Amati adanya hipotensi mendadak.
o Ukur masukan dan pengeluaran.
o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

1. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1.
1.
o Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
o Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
o Stress Lingkungan.
o Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
5. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
6. Hipertensi SekunderDapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
3. Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke seljugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Danapabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkanretensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanandarah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.
1. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1.
1.
o Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
o Sakit kepala
o Epistaksis
o Pusing / migrain
o Rasa berat ditengkuk
o Sukar tidur
o Mata berkunang kunang
o Lemah dan lelah
o Muka pucat
o Suhu tubuh rendah
1. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laborat
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
 BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
 Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
o CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
o EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
o IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
o Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.
1. Penatalaksanaan
o Penatalaksanaan Non Farmakologis
1. DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
1.
1.
o Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
0. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
1. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
2. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
3. Tidak menimbulakn intoleransi.
4. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
5. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi
1. Pengkajian
o Aktivitas/ Istirahat
 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
 Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
o Sirkulasi
 Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
 Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
o Integritas Ego
 Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
 Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
o Eliminasi
 Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
o Makanan/cairan
 Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
 Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
o Neurosensori
 Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
 Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
o Nyeri/ ketidaknyaman
 Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
o Pernafasan
 Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
 Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
o Keamanan
 Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
1. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
o Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
o Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
o Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
o Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
1. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / bebankerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
o Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
o Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
1.
1.
o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
o Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
o Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja jantung).
o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).
Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil asien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
1.
1.
o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
o Batasi aktivitas.
o Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
o Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil asien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :
1.
1.
o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia.
o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
o Amati adanya hipotensi mendadak.
o Ukur masukan dan pengeluaran.
o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

Sabtu, 12 Februari 2011

TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA (px)

A. Pengkajian

Pengkajian dilaksanakan di bangsal bedah :
I. Biodata

a. Identitas pasien
Nama : Tn. K
TTL : -
Umur : -
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Diagnosa medis : Skabies
b. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny. S
TTL : -
Umur : -
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Hub. dengan pasien : istri

II. Riwyat kesehatan

a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis.

III. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari.
d. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal.
g. Pola peran hubungan
1. status perkawinan : menikah
2. Pekerjaan : petani
3. kualitas aktivitas :sebelum sakit klien rajin ke sawah untuk menggarap sawahnya
4. Sistem dukungan : istri dan anaknya
h. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam, ibadah dilakukan secara rutin.
i. Pola konep diri
1. Harga diri : tidak terganggu
2. Ideal diri : tidak terganggu
3. Identitas diri : terganggu, karena merasa malu akibat penyakit yang dideritanya
4. Gambaran diri : tidak terganggu
5. Peran diri : tidak terganggu
j. Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
k. Pola koping
1. Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
2. Kehilangan atau perubahan yang terjadi
perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Takut terhadap kekerasan : tidak
4. Pandangan terhadap masa depan
klien optimis untuk sembuh

IV. PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda-tanda vital
Suhu : ? 36ºC
Nadi : ? 70 x/menit
TD : systole ? 110mmHg, diastole ? 60 mmHg
RR : ? 16 x/menit
b. Keadaan umum
Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang dialami oleh klien dari kmposmentis apatis, samnolen, delirium, spoor, dan koma.
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kulit dan rambut
- Inspeksi :
Warna kulit : normal, ada lesi
Jumlah rambut : lebat, tidak rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut : krang bersih, ada ketombe
- Palpasi :
Suhu ? 36ºC
Warna kulit sawo matang, turgor kuit baik, kulit lembab, ada edema, ada lesi.
2. Kepala
- Inspeksi :
? Bentuk simetris antara kanan dan kiri
? Bentuk kepala lonjong, tidak ada lesi
- Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
3. Mata
- Inspeksi : bentuk bola mata bulat, simetris antara kanan dan kiri, sklera berwarna putih, kkonjungtiva merah muda.
4. Telinga
- Inspeksi : ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen pada lubang telinga
- Palpasi : tidak ada benjolan
5. Hidung
- Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi
- Palpasi : tidak ada benjolan
6. Mulut
- Inspeksi : bentuk mulut simetris, lidah bersih gigi bersih
7. Leher
- Inspeksi : bentuk leher nrmal, tidak ada pembesaran kelenar tiroid
- Palpasi : suara jelas, tidak sesak
8. Paru
- Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
- Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
- Perusi : resonan
- Auskultasi : normal
9. Abdomen
- Inspeksi : perut datar, simetris
- Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
10. Ekstermitas
- Atas : lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : lengap normal

B. Diagnosa keperawatan

1. Data focus
Data objektif :
? Badan pasien teraba hangat
? Klien tampak gelisah
? Klien tampak cemas
? Klien tampak menahan gatal
? Klien tampak
? Klien merasa malu dengan penyakit yang dialaminya
? Kantung mata klien terlihat bengkak
? Klien sering terbangun dimalam hari karena gatal
? Adanya luka dengan pussycat dikulit
? Terdapat eritem (kulit kemerahan)
? Adanya lesi dikulit
? Suhu : ? 36ºC
? Nadi : ? 70 x/menit
? TD : systole ? 110mmHg, diastole ? 60 mmHg
? RR : ? 16 x/meni
ANALISA DATA
Nama : Tn. K
Symtom Problem Etiologi
1 Do :- Suhu ?36ºC
- Adanya puss
- Adanya eritem (kulit merah)
Nyeri akut Agen cidera biologi
2 Do : – klien sering terbangun dimalam hari karena gatal
- kantung mata klien terlihat bengkak
Gangguan pola tidur Nyeri
3 Do :- klien merasa malu dengan penyakit yang dialaminya Gangguan citra tubuh Perubahan dalam penampilan sekunder
4 Do :- klien tampak resah
- klien tampak gelisah Cemas Perubahan position kasehatan
5 Do :- terdapat luka dengan adanya pussycat dikulit Resiko infeksi
Jaringan kulit rusak dan prosedur infasif
6 Do :- adanya lesi
- adanya lua dengan pussycat dikulit Kerusakan integritas kulit Edema
Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biolgi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian sekunder
4. Cemas berhubungan dengan perubahan position kesehatan
5. resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur infasif
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema

PERENCANAAN

No Dx Tujuan dan karakteristik Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. X24jam, diharapkan nyeri klien dapat teratasi dengan KH:
- nyeri terkontrol
- gatal mulai hilang
- puss hilang
- kulit tidak memerah - kaji TTV
- kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi
- berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingungan yang kurang menyenangkan
- kolaborasi dengan dokter pemberi analgesic
- koaborasi pemberian antibiotika
2. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. X24jam diharapkan tidur klien tida terganggu dengan KH :
- mata klien tidak bengkak lagi
- klien tidak sering terbangun dimalam hari
- klien tidak pucat - kaji tidur klien
- berikan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien)
- klaborasi dengan dokter pemberia analgeti
- catat banyaknya klien terbangun dimalam hari
- berika lingkungan yang nyamandan kurangi kebisingan
- berikan minum hangat (susu) jika perlu
- beian musik klasik sebagai pengantar tidur
3. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. X24jam diharapkan klien tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri dengan KH :
- mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
- mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada
- - Dorong individu untuk mengekspresian perasaan khususnya mengenai pikiran, pandangan dirinya
- Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan, perkembangan kesehatan
-
4. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. X24jam diharapkan klien tidak cemas lagi dengan KH :
- Klien tidak resah
- Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan
- Lien mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan bekurangnya kecemasan
- Identifiasi kecemasan
- Gunakan pendekatan yang menenangan
- Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi takut
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis
- Berikan obat untuk mengurangi kecamasan
5. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. X24jam diharapkan klien tidak terjadi resiko infeksi dengan KH :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, bourgeois yang mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya - Monitor tanda dan gejala infeksi
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung untk mencuci tangan saatberkunjung dan setelah meninggalkan pasien
- Pertahankan lingkngan aseptic selama pemasangan alat
- Berikan perawatan kulit pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan,panas
- Inspeksi kondisi luka
- Berikan terapi anibiotik bila perlu
- Ajarkan cara menghindari infeksi
6. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan elama …. X24jam diharapkan lapisan kulit klien terlihat normal, dengan KH :
- Integritas kulit yang bak dapat dipetahankan (sensasi, elastisitas, temperatur)
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit serta perawatan alami
- Perfusi jaringan baik - Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun


DAFTAR PUSTAKA
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Djakarta : Media Aesculapius FKUI.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Djakarta : Prima Medikal.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
Anonim. 2007. Skabies (kulit gatal bikn sebel). http://www.cakmoki86.wordpress.com
Anonim. 2008. Skabies. http://www.medlinuk.blogspot.com
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Djakarta : EGC.

Senin, 07 Februari 2011

CARA MENGHILANGKAN BAU (II)

Tanaman Herbal Alami Menghilangkan Bau Badan
Label: tanaman herbal, herbal, bau badan.
pilihan Anda ke email Anda.

Banyak cara dilakukan orang untuk mengurangi bau tidak sedap yang keluar dari tubuhnya. Mulai dengan menggunakan bedak, deodoran atau tawas. Meski keringat tidak berbau, keringat sering dikaitkan dengan bau ”asem-pahit” tersebut. Hal ini tidak sepenuhnya salah karena ketika tubuh berkeringatlah bau tersebut meruap.

Sejak masa puber, tubuh kita mengeluarkan bau khas di sekitar ketiak, kaki dan alat kelamin. Hal ini bisa menyebabkan seseorang menjadi rendah diri dan tidak pede. Bau yang tidak enak antara lain disebabkan oleh bakteri yang bercampur dengan keringat. Cara paling sederhana menghilangkan bau tidak enak tersebut adalah dengan mandi secara teratur.

Pada beberapa kasus, meski sudah rajin mandi, tetap saja seseorang menderita akibat bau tubuhnya yang tidak menyenangkan itu.

Bagi yang memiliki masalah seperti ini, ramuan tradisional berasal dari tanaman herbal dari para leluhur kita di bawah ini dapat dicoba.

Berikut beberapa tanaman herbal nan alami yang bisa dijadikan solusi:

Daun Sirih (Piper Betle)

Daun sirih yang telah lama dikenal berkhasiat sebagai antiseptik juga diketahui mengandung zat-zat aktif yang mampu menghilangkan bau badan. Sirih dikenal ampuh menghilangkan bau badan terutama yang ditimbulkan bakteri atau jamur. Kandungan kimia minyak asiri dalam daun sirih antara lain kadinen, kavikol, sineol, eugenol, karvakol dan zat samak.

Untuk menghilangkan bau badan, salah satu cara adalah dengan merendam beberapa helai daun sirih dalam air panas. Setelah dingin, airnya diminum. Dapat pula ditambahkan gula putih secukupnya untuk menambah rasa. Cara lainnya adalah dengan menghaluskan daun sirih dengan kapur lalu dioleskan ke ketiak.

Daun Beluntas (Pluchea Indica)

Tanaman yang biasa digunakan sebagai pagar hidup ini mempunyai sifat khas berbau langu dan berasa getir. Daun dan bunganya mengandung alkali yang bertindak sebagai antiseptik. Kandungan kimianya antara lain amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), lemak, kalsium, fosfor, besi, Vitamin A dan C.

Untuk menghilangkan bau badan, daun beluntas biasa dilalap mentah atau dikukus terlebih dulu. Daun beluntas yang telah direbus juga lezat disantap sebagai urap (sayuran dengan kelapa parut yang dibumbui).

Jika dibiasakan menyantap daun beluntas, bau badan akan hilang. Selain itu, bau mulut yang kurang sedap pun akan hilang. Bagi yang tidak suka, bisa dengan meminum air rebusan daunnya setiap pagi dan sore. Beluntas juga bermanfaat menurunkan suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh sehingga banyak keringat yang keluar dan suhu tubuh menjadi turun.

Daun Kemangi (Ocimun Balisicum)

Zat aktif yang terkandung dalam daun kemangi juga berfungsi sebagai antiseptik. Untuk mendapatkan manfaatkan daun ini juga digunakan sebagai lalap mentah atau sebagai sayuran urap yang juga mentah. Daun kemangi juga mengandung zat yang dapat meningkatkan selera makan. Bagi perempuan yang sedang mengalami menstruasi, jika mengonsumsi daun kemangi kurang lebih satu genggam pagi dan sore selama masa haid akan terhindar dari bau yang tidak sedap yang sering menimpa perempuan haid.

Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

Zat-zat yang terkandung di dalam temulawak adalah sapomin, flavoinoida dan minyak asiri untuk menghilangkan bau badan. Caranya ialah minum rebusan rimpang temulawak yang telah dipotong-potong halus.

Air perasan temulawak yang sudah diparut dengan tambahan sedikit madu juga dapat diminum untuk menghilangkan bau tak sedap yang keluar dari tubuh. Selain itu, parutan temulawak juga dapat dibalurkan ke seluruh badan, dan didiamkan hingga kering sebelum dibersihkan untuk mendapatkan hasil maksimal.

Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa)

Zat aktif yang terkandung di dalamnya yang dapat menghilangkan bau badan adalah sapomin, flavoinoida dan polifenol. Kecombrang dapat dimanfaatkan dengan memasak daun muda dan bunganya dimakan sebagai teman makan nasi. Di daerah tertentu kecombrang biasa dimasak sebagai sayur lodeh.

Jeruk Purut (Citrus bystrix)

Kulitnya mengandung minyak asiri yang berbau harum. Jeruk purut dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan dengan cara meminum sari campuran kulit jeruk purut dengan sebatang kencur yang dihaluskan bersama-sama dengan air secukupnya.

Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

Air jeruk nipis dicampur dengan sedikit kapur sirih lalu digosokkan ke bagian tertentu seperti ketiak dipercaya mampu mengusir bau badan yang tidak sedap.

Jahe (Zingiber officinale)

Banyak orang India percaya bahwa jika mengonsumsi jahe bisa membuat mereka tercium manis.

Menurut Pen Chao Cing dari Kaisar Shen Nong (3000 SM), jahe segar dapat menghilangkan bau badan dan mendekatkannya kepada aura spiritual. Wedang jahe jika dikonsumsi secara teratur bisa jadi sangat membantu mengatasi masalah bau badan.

Ketimun/Mentimun (Cucumis sativus)

Satu buah ketimun muda dikupas kulitnya lalu digosokkan ke bagian badan dan berbau hingga berulang sehabis mandi.

Cengkih/Cengkeh (Eugenia aromatica)

Beberapa kuntum bunga cengkeh direndam sehingga mengembang kemudian airnya diminum. Air rebusan beberapa kuntum cengkeh dengan gula merah, dapat pula menjadi minuman segar dan menghangatkan di kal

CARA NEGHILANGKAN BAU BADAN

Bagi sebagian orang menghilangkan bau badan bukan merupakan persoalan. Tinggal mandi sehari dua kali, oleskan deodorant, semprotkan sedikit parfum, hilang deh bau badan. Namun bagi sebagian lagi, cara biasa semacam itu tidaklah membuat bau badan bergeming.

Saya sendiri termasuk golongan orang yang kedua. Cara biasa yang dilakukan oleh kebanyakan orang tidak pernah berhasil menghilangkan bau badan saya. Menurut saya bau badan adalah masalah paling mengganggu yang pernah ada dalam tubuh saya(bahkan lebih mengganggu daripada jerawat). Saya bahkan sempat frustasi dibuatnya, karena teman-teman saya juga mulai menjauh karena terganggu oleh bau saya. Parah memang.

Akhirnya berbagai cara saya tempuh untuk menghilangkan bau badan saya. Tidak mudah memang namun ternyata berhasil. Hanya dalam satu bulan bau badan saya yang tadinya membuat orang ingin muntah, hilang seketika. Dan kalo kalian ingin tahu, inilah beberapa cara yang saya tempuh :

1. Minum rebusan daun sirih, satu gelas setiap hari

2. Makan daun kemangi minimal satu genggam per hari

3. Oleskan irisan mentimun setiap habis mandi di bagian ketiak dan bagian tubuh lain yang berbau

4. Tidak makan makanan berlemak, terutama daging

5. Mengurangi makanan pedas

6. Tidak minum kopi yang mengandung kafein

7. Memakai deodorant yang bentuknya spray(yang bentuknya padat maupun roll-on hanya membuat ketiak basah/basah ketek, meninggalkan bekas di baju pula)


Itulah cara-cara yang saya tempuh untuk menghilangkan bau badan. Cara 1-3 adalah untuk membuat bau badan kita lebih harum, sedangkan cara 4-6 adalah usaha untuk mengurangi keringat(bagaimanapun bau badan timbul melalui keringat yang kita keluarkan). Dan cara ke-7 adalah cara biasa untuk menjaga bau ketiak tetap wangi.

Saya tidak tahu cara nomer berapa yang paling berkhasiat menghilangkan bau badan saya. Namun saya yakin ketujuh cara tersebut merupakan kombinasi yang pas. Cobalah melakukannya selama satu bulan, saya jamin hasilnya akan luar biasa(bahkan cara nomor 7 sudah jarang saya lakukan karena ketiak saya tidak berbau lagi). Kalau saya saja bisa, mengapa kalian tidak?

OBAT BATUK SEDERHANA

Disimpan dalam Obat Tradisional · Tagged batuk berlendir, obat batuk, obat batuk tradisional, penghilang gatal tenggorokan

Pergantian musim biasanya juga diikuti dengan perubahan cuaca. Jika kondisi fisik kita tidak prima maka kita akan gampang sakit sebagai akibat dari berbagai macam perubahan yang mengiringi pergantian musim seperti perubahan suhu udara dan sebagainya. Banyak penyakit yang biasa menyerang saat pergantian musim, batuk salah satunya.Batuk memang menjengkelkan, walau sekarang berbagai macam obat batuk bisa kita jumpai di mana-mana namun kadangkala obat batuk buatan pabrik tidak cukup ampuh untuh mengusir batuk yang diderita. Tidak ada ruginya jika kita mencoba memakai bahan-bahan sederhana yang ada di sekitar kita, selain lebih murah juga alami.

JERUK NIPIS DAN KECAP

Ambil jeruk nipis lalu belah menjadi dua, pada permukaan irisan kita tetesi dengan kecap sampai menutup seluruh permukaan irisan setelah itu dengan segera kucurkan ke dalam mulut kita sambil meremas kulit jeruk sehingga air jeruk yang bercampur kecap akan mengalir turun kedalam kerongkongan kita. Jika tidak terbiasa dengan cara seperti itu maka tuang saja kecap ke dalam sendok makan lalu beri perasan air jeruk nipis hingga penuh, setelah itu minum seperti syrup obat. Lakukan rutin 3 kali sehari sampai batuk sembuh.

JERUK NIPIS,MADU DAN KENCUR

Ambil kencur lalu kupas dan parut, setelah itu peras dan ambil airnya dengan disaring hingga mencapai kira-kira 15 sendok makan. Minum air kunyit itu dengan tambahan sedikit madu dan ditetesi air jeruk nipis. Minum 3 kali sehari hingga batuk membandel beserta lendir menhilang.

JERUK NIPIS, MADU DAN TELUR

Ambil satu butir ayam kampung diambil kuningnya, 2 sendok makan jeruk nipis dan 1 sendok makan madu. campur semua bahan lalu aduk jadi satu dan tambah lagi dengan 1/2 gelas air panas, minum selagi hangat. Lakukan sehari sekali sampai batuk sembuh. Disamping batuk hilang ramuan itu juga menambah stamina tubuh.

BELIMBING WULUH

Ambil 5 buah belimbing wuluh yang sudah masak, cuci bersih lalu potong-potong kemudian rebus dengan 1 liter air hingga tersisa 3 gelas air. Minum 1/2 gelas setiap pagi dan sore sampai batuk sembuh.

LABU SIAM

Ambil labu siam yang masih muda, kupas lalu cuci kemudian direbus. Makan begitu saja sebagai lalapan di saat kita makan pagi,siang dan sore. Mudah-mudahan batuk segera sembuh

KENCUR DAN ASAM JAWA

Jika batuk disertai dengan gatal-gatal di tenggorokan, walau leher digaruk sampai lecetpun tetep aja gatal gak hilang, ya iya lah karena gatalnya di dalam hehehe. Ambil kencur kira-kira satu genggam, cuci bersih lalu haluskan dengan blender,diparut atau ditumbuk. Tambahkan dengan asam jawa dan sedikit garam. Setelah itu peras dan saring airnya. Minum rutin 3 kali sehari, maka batuk gatal-gatal dan sakit tenggorokan akan sembuh dan tidak kambuh lagi.
DIARE
MASALAH KESEHATAN


1. Suatu gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan yang dipengaruhi fungsi kolon yang dapat diidentifikasi dari perubahan – perubahan jumlah, konsistensi, frekwensi dan warna dari tinja ( Whaley and Wong, 1997)
2. Pola buang air besar yang tidak normaLl dengan bentuk tinja encer dan peningkatan frekwensi yang lebih dari biasanya (FKUI 1988).
3. Pengeluran tinja yang tidak normal, cair, dengan frekwensi lebih dari 4 kali pada anak dan lebih dari 5 kali pada bayi. (Hipokrates)
PATOFISIOLOGI



























KLASIFIKASI DIARE
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN

• Letargis
• Mata Cekung
• Tidak Bisa Minum atau malas minum
• Cubitan Kulit Kembali Lambat


DEHIDERASI BERAT • Rujuk segera dan selama dalam perjalanan mintalah agar ibu terus berikan larutan oralit sedikit demi sedikit
• Anjurkan ibu agar tetap memberi ASI
• Jika ada kolera beri antibiotik




• Gelisah, rewel , mudah marah
• Mata Cekung
• Haus, Minum dengan lahap
• Cubitan Kulit perut kembalinya lambat






DEHIDERASI RINGAN / SEDANG • Beri makanan dan cairan :
1. 4 bln, 200 – 400 ml jika BB ≤6 kg
2. 4 – 12 bln, 400 – 700 ml 6 - ≤10 kg
3. 12 – 24 bln, 700 – 900 ml. 10 - ≤ 12 kg.
4. 2 – 5 thn, 900 – 1400 ml.12 – 19 kg.
• Rujuk segera dan selama dalam perjalanan mintalah agar ibu terus berikan larutan oralit sedikit demi sedikit
• Anjurkan ibu agar tetap memberi ASI
• Nasehati ibu kapan harus segera kembali.
• Kunjungan ulang setelah 5 hari jika tidak ada perubahan



• Tidak ada tanda – tanda sebagai Dehierasi Ringan atau Sedang


TANPA DEHIDERASI • Berikan cairan & makanan :
1. Umur 1 thn, 50 – 100ml setiap kali berak
2. Umur 1 – 5 thn, 100 – 200ml, setiap kali berak
• Nasehati ibu kapan harus segera kembali.
• Kunjungan ulang setelah 5 hari jika tidak ada perubahan


MASALAH KESEHATAN :
1. Kurang volume cairan
2. Gangguan integritas kulit
3. Perubahan Nutrisi
4. Cemas
MASALAH KOLABORATIF
1. Potensial Hipokalemia
2. Potensial Hipokalsemia
3. Potensial Kardiakdisritmia
4. Potensial Hiponatremia
5. Potesial shock Hipovolemik
6. Potensial Asidosis

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurangnya volume cairan berhubungan seringnya buang besar
2. Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan.
3. Potensial gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar
4. Kecemasan atau takut pada anak – orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.

INTERVENSI
1. Keseimbangan cairan dapat diperrtahankan dalam batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine yang sesuai, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab dan berat badan tidak menunjukkan penurunan.
2. Anak akan toleran dengan diit yang sesuai ditandai dengan berat badan dalam batas normal dan tidak terjadi kekambuhan diare
3. Anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit utuh dan tidak lecet.
4. Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas dan takut berkurang yang ditandai dengan orang tua aktif merawat aanak, bertanya dengan aktif pada perawat dan dokter tentang kondisi, anak tidak menangis

IMPLEMENTASI
DX. 1.
Meningkat hidrasi dan keseimbangan elektrolit
1. Kaji status hidrasi, ubun – ubun, mata, turgor kulit dan memberan mukosa.
2. Kaji pengeluaran urine
3. Kaji intake dan output cairan
4. Monitor tanda – tanda vital
5. Pemeriksaan laboratorium sesuai program
6. Pemeberian cairan dan elektrolit sesuai dengan protokol
7. Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program
8. Anak diistirahatkan

DX. 2
Meningkatkan kebutuhannutrisi yang optimum
1. Timbang berat badan anak setiap hari
2. Kaji intake dan output cairan
3. Setelah rehidrasi berikan minum oral dengan sering dan makanan yang sesuai dengan diit, usia dan berat badan anak.
4. Hindari minuman buah – buahan
5. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
6. Bagi bayi ASI tetap diteruskan
7. Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa

DX. 3
Mempertahankan keutuhan kulit
1. Kaji kerusakan kulit atau iritasi pada kulit setiap bab
2. Gunakan kapas lembab dan sabun bayi untuk membersihkan anus setiap bab.
3. Hindari dari pakaian dan pengalas yang lembab.
4. Ganti popok atau kain apabila lembab atau basah
5. Gunakan obat kream bila perlu untuk perawatan perineal

DX. 4
Menurunkan rasa takut / cemas pada anak atau orang tua
1. Ajarkan pada orang tua untuk mengekpresikan perasaan takut dan cemas
2. Dengarkan keluahan orang tua dan bersikap empati dan sentuhan terapitik
3. Gunakan komunikasi tepiti; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan
4. Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua.
5. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
6. Jelaskan kondisi anak, alsan pengobatan dan perawatan

DAFTAR RUJUKAN

Aswihil dan Droske, 1997. Nursing Care of Children Principles and Practice. WB Saunders Company.
Departemen Kesehatan RI. 1987. Pedoman Teknis Perawatan Anak di Rumah Sakit, Jakarta.
Latif, Abdul dkk. 1991. Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta:Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Donna L Wong. 1999. Nursing Care Of Infant And Children, edisi 6. Philadelphia: Mosby.
Suyono, Slamet dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, Jakarta: FKUI.
Suriadi dan Rita Yuliani, 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.
Whaley and Wong, 1991. Nursing Care of Infant, Philadelphia: Mosby Company.
TUGAS
“KEGAWATDARURATAN NEONATUS”







Oleh :

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2010
HIPOGLIKEMI

1. Manajemen hipoglikemia glukosa darah 25 mg/dl/terdapat tanda hipoglikemia
• Pasang jalur IV, bila belum terpasang
• Beri glukosa 10% 2 ml IV bolus pelan dalam 5 menit
• Kalau jalur IV tidak bisa cepat, berikan melalui NGT dengan dosis sama
• Injur glukosa 10%
• Cek kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus, kemudian per 3 jam
• Jika glukosa darah < 25 mg/dl, uangi pemberian seperti biasa, lanjutkan injus
• Jika glukosa darah 25-45 mg/dl, lanjutkan injus, cek glukosa darah per 3 jam hingga 45 mg/dl atau lebih
• Jika glukosa darah > 45 mg/dl, 2x berturut-turut, jika bayi mendapat cairan IV : cek per 12 jam, jika bayi tidak mendapat cairan IV cek per 12 jam 2x, jika turun : tangani, jika normal : hentikan penggunaan
• Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif pemberian minum
• Bila kemampuan minum meningkat, turunan pemberian infuse setiap hari secara bertahap-tahap
• Jangan menghentikan injur glukosa secara tiba-tiba
2. Manajemen hipoglikemia glukosa darah 25-45 mg/dl
• Anjurkan ibu menyusu
• Bila bayi tidak dapat menyusu, ber ASI peras
• Pantau tanda hipoglikemia, kalau ada tangani seperti diatas
• Cek kadar gluosa darah per 3 jam atau sebelum pemberian minum berikutnya
• Periksa kadar glukosa darah dalam 3 jam atau sebelum pemberian berikutnya
- Jika kadar glukosa darah kurang 25 mg/dl

3. Manajemen hipoglikemi yang kadar gula darahnya 45 atau > 45 mg
• Jika bayi mendapat cairan IV : cek / 12 jam
• Jika bayi tidak mendapat cairan IV : cek / 12 jam, 2x
- Jika turun : Tangani
- Jika normal : Hentikan pengukuran
4. Perbedaan hipotermi sedang dan hipotermi berat
Hipotermi Sedang Hipotermi Berat
Suhu 36-36,4oC
Akral dingin
Gerakan bayi kurang normal Suhu < 36oC
Seluruh tubuh teraba dingin
Mengantuk / latergis
Sklerema (ada bagian tubuh yang mengeras)
5. Manajemen pada hipotermi sedang dan hipotermi berat
a. Hipotermi sedang
• Ganti pakaian dingin dan basah dengan pakaian hangat-pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat
• Bila ada ibu
- KMC (Kanguru Mother Care)
- ASI lebih sering
- Minta ibu untuk mengenali tanda kegawatan dan segera cari pertolongan bila ada :
a) Gangguan nafas
b) Kejang
c) Tidak sabar
• Bila tidak ada ibu
- Pengganti ibu perawatan bayi lekat
- Hangatkan dengan alat pemancar panas / incubator
- Cek suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI panas
- Hindari paparan panas yang berlebihan dan sering ubah posisi
• Periksa kadar gula darah-bila < 45 mg/dl, tangani hipoglikemi
• Nilai tanda kegawatan, bila ada tangani
• Cek suhu tiap jam, bila naik 0,5oC/jam, berhasil lanjutkan tiap 2 jam
• Bila suhu tidak naik/naik terlalu pelan, cari tanda sepsis
• Setelah suhu normal
a) Lakukan perawatan lanjutan
b) Pantau selama 23 jam, periksa tiap 3 jam
• Pulangkan bayi bila :
 Suhu tetap normal
 Bisa mnum
 Tidak ada masalah lain yang perlu perawatan di RS
b. Hipotermi Berat
• Hangatkan tubuh bayi bila 1 jam suhu tubuh tidak naik, rujuk segera
• Pertahankan kadar gula darah
• Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
• Lakukan rujukan segera
6. Penanganan hipertermia karena paparan panas dan hipertermia karena bulan paparan panas
a. Hipertermia karena paparan panas
 Pernah diletakkan didalam penghangat
• Letakkan pada suhu ruangan (25-28oC)
• Lepaskan sebagian / seluruh pakaian
• Cek suhu aksiler / jam
• Bila > 39oC kompres / mandikan dalam air yang suhunya 4oC lebih rendah dari pada suhu tubuh bayi
• Jangan gunakan air dingin
 Bwlum pernah diletakkan dibawah pemancar panas / incubator
• Turunkan suhu penghangat
• Buka inkubator s/d suhu normal
• Lepaskan sebagian / seuruh pakaian dalam 10 menit
• Cek suhu tiap jam sampai dengan normal
• Cek suhu inkubator setiap jam s/d normal
b. Hipertermia bukan karena paparan panas
• Terapi untuk terapi suspect sepsis
• Letakkan pada suhu ruangan (25-28oC)
• Lepaskan sebagian / seluruh pakaian
• Cek suhu aksiler / jam
• Bila suhu > 39oC kompres / mandikan dalam air yang suhunya 4oC lebih rendah dari tubuh bayi
• Jangan gunakan air dingin
7. Manajemen Suspect Sepsis / Suhu Tidak Stabil
• Beri cairan IV
• Puaskan 12 jam
• Ambil sample darah : lab kultur dan Hb
• Bila kejang dan UUB menonjol
Lumbal fungsi, lab, tx meningitis
• Bila Hb <10 gr%, hematokrit <30%
Transfusi
• Beri antibiotic yang sesuai
• Beri ASI setelah 12 jam / mulai membaik
• Observasi 24 jam bila membaik = pulang
• Ulang bila masih ada tanda infeksi
• Cek Hb dan hematokrit 2x selama perawatan dan akan pulang
8. Cara menghangatkan bayi dengan cara :
• Kanguru mother care (KMC)
 Kontak kulit ibu dan bayi secara dini, terus menerus dikombinasi ASI eksklusif
 Bayi dengan frogposinon
 Untuk menstabilkan bayi hingga BB 2500 gr
 Direkomendasikan pada BB <1800 gr
 Tidak untuk bayi sakit = sepsis, gangguan nafas berat
 Tidak untuk ibu dengan penyakit berat
• Kontak kulit dengan kulit
 Ukur suhu setelah 2 jam
 Suhu ruangan > 25oC
 Bayi telanjang
 Menghangatkan bayi hipotermi 32oC bila cara lain tidak memungkinkan
• Pemancar panas
 Untuk bayi sakit dengan BB > 1500 gr
 Untuk pemeriksaan awal bayi
 Suhu ruangan minimal 22oC
 Alat ukur (36-37oC)
• Inkubator
 Atur suhu inkubator menurut bayi
 Penghangatan berkelanjutan dengan BB < 1500 gr
• Ruangan yang hangat
 Untuk merawat bayi dengan BB < 2500 gr yang tidak memerlukan tindakan diagnostic / prosedur pengobatan
 Tidak untuk bayi sakit berat
 Paling rendah 26oC
BB 1500-2500 gr dengan suhu ruangan 28-30oC
BB > 2000 gr dengan suhu ruangan 26-28oC

IKTERUS

Manajemen Ikterus Awal
1. Pengertian
Ikterus adalah disklorasi kulit, mukosa membrane dan sclera oleh karena peningkatan kadar bilirubin dan serum (>2mg/dl)
Ikterus adalah menguningnya sclera kulit atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalamtubuh
2. Manajemen
• Mulai dengan terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus dini atau kemungkinan ikterus berat
• Apabila sampel darah bayi dan periksa kadar bilirubin, bila memungkinkan :
- Tentukan bayi memiliki salah satu factor resiko (berat lahir < 2500 gr atau umur kehamilan < 37 minggu, hemolisis atau sepsis)
- Bila kadar biliruin serum dibawah kadar yang memerlukan terapi sinar, hentikan terapi sinar
- Bila kadar bilirubin serum sesuai atau diatas kadar yang memerlukan terapi sinar, lanjutkan terapi sinar
• Bila ada rwayat uterus hemolisis, atau inkomtabiltias factor Rh atau golongan darah ABO pada kelahiran sebelumnya
- Ambil sampel darah bayi dan ibu dan periksa darah hemoglobin, golongan darah bayi dan tes coambs
- Bila tidak ada bukti factor Rh atau golongan darah ABO sebagai penyebab hemolitik atau bila ada riwayat keluarga defisiensi GGPD, lakukan pemeriksaan GGPD, bila memungkinkan
- Bila hasil pemeriksaan kadar bilirubin dan tes lain telah diperoleh tentukan kemungkinan diagnosisnya

Manajemen Ikterus Hemolitik
1. Pengertian
Ikterus hemolitik pada bayi baru lahir sering disebabkan inkompatibilitas factor Rh atau golongan darah ABO antara ibu dan bayi atau karena defisiensi GGPD pada bayi
2. Diagnosis
 Tidak timbul saat lahir, tapi timbul < 24 jam
 Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan foto terapi
 Peningkatan kadar bilirubin total 0,5 mg/dl/jam
 Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari setiap bayi (muntah, letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea atau suhu tidak stabil)
 Ikterus bertahan setelah dan hari pada bayi cukup bulan atau 14 hari pada bayi kurang bulan
 Pucat saat lahir
 Hb <13 g/dl (Ht < 40%)
 Tes coombs (+)
 Skoring GGPD (+)
 Edema menyeluruh
 Inkompatibilitas factor Rh atau defisiensi GGPD pada kelahiran sebelumnya
 Riwayat keluarga dengan defisiensi GGPD, ikterus, anemia, pembesaran hati dan pengangkatan limpa
3. Manajemen
- Bila kadar bilirubin serum sesuai indikasi untuk dilakukan terapi sinar, lakukan terapi sinar
- Bila memungkinkan dirujuk untuk transfuse tukar :
• Rujuk bayi bila angka kadar bilirubin bayi mendekati untuk dilakukan transfuse tukar : 13 mg/dl, Hb < 13 g/dl (Ht < 40%) dan tes coombs (+)
• Bila kadar bilirubin tidak dapat diperiksa dan atau tidak memungkinkan dilakukan tes comb, rujuk bayi bila ikterus dimulai pada hari pertama dan Hb < 13 g/dl (Ht < 40%)
• Bila bayi akan dirujuk untuk tranfusi tukar
- Lakukan persiapan untuk merujuk
- Kirim sampel darah ibu dan bayi
- Jelaskan pada ibu kenapa bayi mengalami ikterus, mengapa perlu dirujuk dan pengobatan yang akan diberikan kepada bayinya
- Nasehati ibu
• Bila penyebab ikterus adalah inkomtabilitas factor rh, yakinkan ibu sudah mendapatkan konseling tentang kehamilan berikutnya
• Bila bayi dengan defisiensi GGPD, bayi nasehat pada ibu tentang hal-hal yang harus dihindari untuk mencegah krisis hemolisis pada bayi (contoh antimalaria, obat golongan sulpa, aspirin, dll)
- Bila HB < 12 g/dl (Ht < 36%), beri transfuse darah
- Setelah terapi sinar dihentikan
• Pantau bayi selama 24 jam dan ulangi kadar pemeriksaan kadar bilirubin, bila memungkinkan atau perkiraan ikterus dengan menggunakan perkiraan klinik
• Bila timbul ikterus lagi akan mencapai kadar untuk dilakukan sinar terapi, ulangi waktu terapi sinar dalam waktu yang sama seperti sebelumnya
• Ulangi langkah ini setiap terapi sinar dihentikan, sampai dapat dipastikan atau diperkirakan kadar bilirubin dibawah batas untuk dilakukan terapi sinar
• Bila ikterus berlangsung lebih dari 2 minggu dan kencing berwarna gelap atau tetes berwarna pucat, lakukan penanganan untuk ikterus berkepanjangan
• Lakukan tindak lanjut setelah bayi dipulangkan dari rumah sakit dengan mengukur Hb setiap minggu selama 4 minggu. Bila Hb < 10 g/dl (Ht < 30%) besi tranfusi darah

Manajemen Ikterus Pada Prematur
A. Pengertian
Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dl
B. Diagnosis
• Timbul pada hari ke 2-5
• Ikterus berat
• Bayi kecil (berat lahir < 2500 gr atau umur kehamilan < 37 minggu)
C. Manajemen
• Bila kadar bilirubin serum sesuai indikasi untuk dilakukan terapi sinar, lanjutkan terapi sinar
• Bila bayi berusia kurang dari 3 hari saat terapi sinar dihentikan, pantau ikterus untuk 24 jam berikutnya
• Bila ikterus setelah 3 minggu dan kencing berwarna gelap atau feces berwarna pucat, lakukan penanganan untuk ikterus berkepanjangan
Manajemen Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice)
1. Bila ikterus menetap setelah 2 minggu pada bayi cukup bulan atau 3 minggu pada bayi premature
- Hentikan terapi sinar
- Bila feces bayi berwarna pucat atau kencing berwarna gelap, lakukan persiapan untuk merujuk bayi ke rumah sakit rujukan tingkat III atau dengan fasilitas pelayanan spesialis untuk pemantauan selanjutnya, dengan fasilitas pelayanan spesialis untuk pertumbuhan selanjutnya bila memungkinkan
2. Bila ibu dengan test sifilis (t), berikan terapi pada bayi untuk sifilis congenital
Manajemen Ensefalopato Bilirubin (Kernikterus)
1. Pengertian
Mungkin timbul akan akibat toksis bilirubin pada system syaraf pusat yaitu basal ganglia dan pada berbagai nuclei batang otak. Perubahan neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah diotak terutama ganglia basalis, pons, dan cesebum.
2. Diagnosis
• Timbul pada hari ke-2 atau kurang
• Timbul ensefalopati pada hari ke 3-7
• Ikterus berat
• Kejang
• OPtitonus
• Tes ecombs (+)
• Diagnosis dan penanganan ikterus berat yang lambat
3. Tanda
• Pada fase awal, bayi dengan ikterus berat akan tampak letargi, hipotonik dan reflek hisap buruk
• Pada fase intermediate, moderate stupor, iritabilitas, dan hipertermi
• Selanjutnya bayi akan demam, high – pitced, kemudian akan menjadi drowsiness dan hipotoni
• Pada tahap yang kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang bertahan hidup, akan berkembang menjadi bentuk athetoid cerebral plasy yang berat, gangguan pendengaran, dysplasia dental ename, paralysis upword gaze
4. Manajemen
• Bila kapan saja terjadi kejang, tangani kejang
• Lanjutkan terapi sinar sampai kadar bilirubin serum dibawah batas kadar indikasi terapi sinar
• Diskusi dengan keluarga tentang kondis bayi
- Jelaskan mengenai manfaat dilakukan tranfusi tukar dan prognosis bayi
- Beri kesempatan keluarga untuk memutuskan bila perlu dilakukan tranfusi tukar
- Bila keluarga menginginkan dilakukan tranfusi tukar, lakukan persiapan untuk merujuk dan rujuk ke rumah sakit rujukan tersier atau dengan fasilitas pelayanan spesialis
- Berikan penjelasan kepada keluarga tentang kemungkinan terjadinya kecacatan menetap dan berikan dukungan emosional
- Rencanakan tindak lanjut untuk jangka panjang karena risiko terjadi masalah perkembangan bayi
TRANSFUSI TUKAR


1. Tujuan
• Menurunkan kadar bilirubin serum, menurunkan resiko kerusakan otak dan kerinikterus
• Mengganti sel darah merah yang tersensitisasi dan antibody yang beredar dalam sirkulasi darah serta mengurangi destruksi sel darah merah
2. Cara
• Sentral melalui vena umbilikalis, bila memungkinkan
• Perifer melalui vena perifer untuk mentranfusikan darah dan jalur arterial perifer (perkulaneus) untuk mengeluarkan darah yang akan diganti
3. Peralatan
• Sel tranfusi darah
• Paket darah / cairan yang telah dihangatkan
• Kantong untuk menampung darah yang dikeluarkan
• Selang infuse yang dihubungkan dengan penghangat darah
• Tabung untuk pemeriksaan darah dan formuler permintaan pemeriksaan
• Formulir isian tranfusi tukar
• Kain steril berwarna hijau
• Linen
• Obat
- 5 ampul heparin
- Kalsium khlorida / kalsium glukonas
• Kateter umbilicus (2) atau sel alat jalur IV atau sel alat jalur arterial dengan transduser-pilihan tergantung cara mana yang digunakan
• Masker / baju steril / sarung tangan steril
4. Meja Resusitasi
• Balon / sungkup / alat isap dengan kateter ukuran fr 8 atau F810
• Alat monitor kardiorespirasi dengan grafik gelombang (bila tersedia)
• Alat monitor tekanan darah
- Cek identitas bayi dengan lembar catatan medis dokter
- Cek darah dengan lembar catatan medis dokter dan tanda tangani form yang berisi tentang informasi tersebut
- Pastikan orang tua bayi telah menandatangani surat persetujuan tindakan
• Selama melakukan tranfusi tukar melalui jalur perifer, tugas perawat hanya mengeluarkan darah dari jalur arterial
Perawat yang memulai, juga harus menyelesaikan prosedur ini sampai selesai
5. Pemeriksaan Darah Sebelum Transfusi Tukar
• Darah tali pusat
Coombs direk, Hb, laju enap darah
• Darah bayi
ABO dan factor Rh, coombs direk (bila tidak dilakukan pada daerah tali pusat), laju enap darah
• Darah ibu
Coombs indirek bila ABO
• Lain-lain
Golongan darah dan fraktor Rh, pemeriksaan antibody bila Rh negative factor Rh ayah
6. Jenis Darah
• Pada bayi hemolitik karena Rh, gunakan darah segar golongan O dengan rh negatif. Darah ini tidak mempunyai antigen sehingga tidak dihemolisis oleh antibody dari ibu yang masih ada dalam sirkulasi bayi
• Bila bayi (yang darahnya tersensitisasi) belum lahir, sediakan darah golongan O dengan Rh negative dan direaksi silang lagi dengan darah ibu. Bila bayi sudah lahir, darah harus direaksi silang lagi dengan darah bayi
• Pada inkomtabilitas ABO golongan O negative, Rh, spesifik, darah mengandung antibody dengan kadar rendah yang bisa sebagai pencetus setiap antibody dari ibu
• Transfusi berikutnya harus diberikan menggunakan darah yang kompatibel dengan darah ibu maupun bayi
7. Formula
• Jumlah darah yang dibutuhkan untuk transfusi tukar ganda dihitung dengan menggunakan formula : 85 ml x berat badan bayi x2
• Sel darah merah yang dikeluarkan dari bayi sekitar 85%, setelah selesai transfusi tukar, kadar bilirubn seharusnya sekitar 50% dari kadar sebelum transfusi tukar, kadarnya akan naik kembali sampai sekitar 2-3 dari kadar sebelum transfusi setelah 4 jam. Risiko kematian 0,5%
8. Darah yang digunakan untuk transfusi tukar
• Darah lengkap dengan antikoagulan citrate phosphate dextrose (CPD)
• Darah segar kurang dari 24 jam untuk bayi sakit atau hydropatic
• Untuk bayi dengan keadaan lain, darah kurang dari 48 jam
9. Bahan Antikoagulan
• Bahan antikoagulan dan darah yang disimpan akan menghasilkan perubahan metabolic selama dan sesudah transfusi tukar
• Citrate phosphate dextrose (CPD) akan meningkat ion kalsium dan magnesium serta secara bermakna akan menekan kationt ersebut. Hipomagnesia yang terjadi sementara ini tidak ada hubungannya dengan keadaan klinis. Depresi terhadap ion kalsium dapat menimbulkan efek terhadap jantung pada interval QT (lebih besar dari 0,2 detik)
• Tranfusi tukar dapat dilakukan dengan atau tanpa member tambahan kalsium tanpa ada perbedaan yang bermakna. Tetapi secara klinis jarang terjadi selama tukar yang biasanya akibat kadar ION kalisum yang terlalu rendah
• Kadar glukosa yang tinggi pada CPD dapat merangsang sekresi insulin pada bayi dan selanjutnya mengakibatkan hipoglikemia setelah transfusi, hipoglikemia biasanya terjadi antara 30 menit-2 jam setelah transfusi tukar
• Kadar asa dalam CPD kurang dari setengah kadar asam dalam acid citrate dextrose (ACD) dan kadar pH nya sama setelah tujuh hari. (ACD mempunyai pH 6,7 setelah 2-3 hari), karena alas an tersebut dianjurkan untuk memilih CPD
10. Persiapan Tindakan
a. Persiapan alat
• Letakkan bayi pada ruan dengan suhu netral dan pasang alat monitor suhu
• Balon dan sungkup resusitasi dengan ukuran yang sesuai dilengkapi dengan pipa oksigen
• Alat penghisap terpasang dan dapat berfungsi dengan baik, cek tekanannya
• Hati-hati meletakkan meja resusitasi
• Formulir transfusi tukar neonates
• Formulir untuk pemeriksaan hematologi dan alat penyimpan bahan-bahan kimia (hemoglobin, hematokrit, laju enap darah, elektrolit, kalsium, BSL)
• Selang IV terhubung dengan penghangat darah
• Set alat transfusi
• Set alat penghangat darah
• Kantong untuk menampung darah yang keluar
b. Persiapan Pasien
• Pasang alat monitor kardiorespirasi, set alarmnya dan pastikan monitor dan alarmsnya bekerja. Bila tidak tersedia perlatan tersebut, lakukan pemeriksaan tanda vital secara ketat setiap 15 menit
• Keluarkan isi lambung dengan pipa ukuran Fr 8 dan biarkan pipa terbuka
• Bila bayi dalam proses pemberian oksigen, pasang monitor kadar oksigen pada bayi selama transfusi tukar berlangsung, lakukan kalibrasi dengan benar dan cek dengan hasil analisis gas darah sebelum dilakukan transfusi tukar, set alarm yang sesuai untuk bayi
• Neonatus sakit dengan asfiksia, hipoglikemia, asidosis dan gangguan suhu perlu mendapat perhatian sebelum dilakukan transfusi tukar
• Fiksasi bayi supaya bergerak
• Selalu terpasang alat monitor suhu selama dilakukan tindakan
• Pasang kantong urine dan amati jumlah pengeluaran urine. Hal ini juga akan membantu menjaga lingkungan tetap bersih dan kering
c. Pengamatan dasar
• Temperatur
• Denyut jantung di apeks
• Respirasi
• Tekanan darah
• Detestrostiks
• Lingkar pucat
• Urinalisis dan specific gravity
• Lihat adanya darah dalam tinja bila mungkin
• Catat warna, tonus dan gerakan bayi
• Catat semua hal tersebut pada lembar pencatatan transfusi tukar neonatus
11. Tindakan Selama Transfusi
• Transfusi tukar dilakukan dengan menggunkan kateter yang dilengkapi dengan kran 3 jalur
• Darah dikeluarkan dari bayi sejumlah 5-20 ml/kali dalam siring dan alirkan ke jalur pembuangan dengan merubah arah kran
• Darah donor blood dihangatkan pada suhu 36,7-37oC, diisap kedalam siring dan transfusikan ketubuh bayi perlahan-lahan juga dengan merubah asah kran
• Melakukan transfusi tukar setiap 5-10 ml semua efisiennya dengan 20 ml. Semakin banyak setiap kali pengambilannya semakin besar penurunan kadar bilirubinnya tetapi semakin besar pula kadarnya akan kembali naik, begitu juga sebaliknya
• Mengeluarkan 20 ml darah pada bayi 3000 g dapat menyebabkan depresi akut volume darah dan berakibat penurunan curah jantung dan tekanan darah, terutama bila dilakukan
• Karena system kardiovaskuler memerlukan adaptasi terhadap proses pertukaran, dengan menginfuskan volume darah yang sama akan mengembalikan proses adaptasi, tersebut pengambilan jumlah darah yang lebih sedikit dapat mengurangi stress pada mekanisme kardiovaskuler bayi
• Darah harus digoyang dengan lembut selama tindakan transfusi tukar karena sel darah merah akan mengendap dengan cepat. Pengendapan darah dapat berakibat trasfusi menggunakan darah yang relative anemic pada akhir prosedur
• Hal yang sangat penting dicatat dengan benar adalah jumlah darah yang sudah dikeluarkan diganti dengan sejumlah darah yang ditransfusikan
• Tanda vital : temperature, denyut jantung apex, respirasi
Suhu darah : dicatat setiap 15 menit selama prosedur dan segera catat setiap kali ada perubahan pada tanda vital atau warna kulit bayi atau aktivitas bayi
• Prosedur yang dilakukan perlahan lebih aman dan efisien (100 ml / 15 menit)
Prosedur metode umbilikal
• Siapkan darah golongan O dengan kadar antigen terendah (minimal) sebanyak 15-180 ml/mg berat badan dan dihangatkan pada suhu udara ruangan selama 1 jam
• Siapkan peralatan transfusi tukar steril 1 set, tabung oksigen, alat isap dan alat resusitasi neonatal
• Pasien boleh diberi makan pada saat transfusi tukar karena dengan puasa bisa meningkatkan serum NEFA (competitor ikatan bilirubin pada albumin dan mempertinggi sirkulasi enterohepatik bilirubin). Sebelum melakukan prosedur, perut bayi dikosongkan dengan menggunakan kateter rasogastrik
• Usahakan lingkungan ruangan yang hangat
• Tangan dan kaki bayi ditahan / difikasi
• Monitor suhu kulit, denyut jantung dan tekanan darah (bila memungknkan)
• Sterilisasi daerah umbilicus dengan yodium povidon
• Tutup dengan kain steril kecuali daerah umbilicus
• Potong umbilicus + 2 cm diatas pungtum, bila pembuluh darah tidak tampak, lakukan jahitan melingkar di pangkal pungtum kemudian potong lagi sampai pungtum
• Siangi pembuluh darah dari bekuan darah kemudian masukan kateter Fr 5 atau Fr 8 yang telah diisi dengan NaCl menggunakan spult
• Masukan kateter dengan kedalaman sesuai grafik
• Lakukan aspirasi darah, bila berhasil masukkan NaCl + 1 ml. Jika kateter tidak dapat dimasukkan ke vena umbilikals (atau umbilicus terinfeksi), dapat dilakukan irisan supraumbilikal atau dimasukkan ke vena tibialis anterior atau vena safena
• Tekanan vena harus dipertahankan antara 4-9 cm H2O selama prosedur, simpan 10 ml darah pertama untuk pemeriksaan bilirubin dan hematologic lain
• Pasang alat infuse dengan klep 3 jalur (2 buah) dihubungkan dengan kantor darah dan pipa ekstention No.2 untuk aliran pembuangan darah
• Isap darah bayi sebanyak 5 Ml/kg (bisa sampai 20 ml) buang melalui pipa pembuangan dengan merubah klep pipa
• Isap donor darah 20 Ml, transfusikan ke bayi dengan merubah klep pipa secara pelan-pelan
• Proses pertukaran harus dilaksanakan dalam waktu kira-kira 1 jam dari penarikan pertama sampai penarikan terakhir
• Setiap penukaran 100 ml darah lakukan evaluasi pasien adakah tanda hipokalsemia (takikardia atau segmen Q-T memanjang pada EKG). Bila ada, infuskan 1 ml kalsium glukonat 10% perlahan-lahan sambil diobservasi agar tidak terjadi brakikardia dan lakukan bilasan sebelum dan sesudah infuse kalsium
• Simpan darah terakhir yang diisap untuk pemeriksaan bilirubin, hematokrit, elektrolit serta untuk reaksi silang berikutnya
• Setelah semua prosedur selesai, masukkan darah transfusi sesuai kebutuhan bila dibutuhkan melakukan koreksi anemia. Tarik kateter sedikit demi sedikit sambil diikat dengan benang zyde yang telah dikatakan melingkat
• Awasi tanda vital bayi setiap 15 menit dalam 1 jam dan setiap 30 menit dalam 2-3 jam berikutnya. Berikan minum lagi setelah 4 jam jika kondisi bayi stabil monitor gula darah 30 menit, 1 jam dan 2 jam setelah transfusi tukar
12. Risiko Selama Transfusi Tukar
• Terlalu banyak darah yang diberikan dapat mengakibatkan gagal jantung kongertif atau henti jantung
• Kehilangan darah / perdarahan dapat mengakibatkan anemia
• Infeksi dapat diakibatkan oleh tindakan invasive
• Perforasi karena kateter, bila menggunakan cara umbilical
• Gangguan keseimbangan elektrolit / metabolic-bahan pengawet darah
• Emboli udara atau darah
13. Komplikasi
• Kesalahan darah
• Jumlah yang tidak tepat mengakibatkan gagal jantung kongestif atau anemia
• Komplikasi vaskuler
• Hipoglikemia berulang
• Infeksi : bakteremia, hepatitis, CMV, HIV
• Emboli udara atau darah
• Suhu tidak stabil
• Perforasi usus karena kateter
• Enterokolits nekrotikans
14. Tindakan / Perawatan Setelah Transfusi Tukar
• Letakkan bayi dibawah alat fototerapi, lanjutkan pengamatan menggunakan alat monitor jantung untuk melihat adanya perubahan gambaran gelombang EKG
• Amati gerakan bayi dan tanda perdarahan dan infeksi di tempat pemasangan kateter
• Tekanan darah setelah prosedur selesai
• Tiap jam : temperature, denyut jantung, apex, respires, selama enam ja. Bila stabil dan dalam batas normal, setelah itu lakukan pengamatan rutin sesuai anjuran
• Ukur lingkar perut dan lakukan pengamatan rutin (tiap 3-4 jam) selama 24 jam. Dengarkan suara usus
• Periksa urine, darah, Ph, urinalisis
• Amati adanya darah dalam tinja
• Berikan minum per oral sesuai permintaan dokter
• Amati gejala intoleransi makanan : aspirat lambung, muntah, distensi abdomen
• Buat laporan keperawatan pada formulir transfusi tukar dan catat keadaan bayi selama prosedur
• Berikan penjelasan kepada orang tua bagaimana prosedur berlangsung dan keadaan bayinya
• Ambil sampel darah sesuai permintaan, periksa laju enap darah setiap 6 jam
• Ambil sampel darah untuk pemeriksaan kadar bilirubin

Diagnosis Banding  Latergi Berdasarkan Tanda Tidak Spesifik
Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang / Diagnosis Yang Sudah diketahui Kemungkinan diagnosa
- Pemberian opiate pada ibu selama proses persalinan
- Ditemukan sejak lahir - Latergi
- Frekuensi nafas < 30x/mneit Letargi karena obat
- Resusitasi waktu lahr atau tidak ada nafas spontan paling tidak menit setelah lahir atau
- Riwayat ibu infeksi berat atau infeksi intra uteri, demam atau KPD
- Malas minum / tidak mau minum - Bayi tampak sakit
- Mengantuk / aktivitas menurun
- Initabel / gelisah
- Gemetar
- Tiba-tiba kondisi memburuk
- Tanda-tanda sakit progresif (suhu labil dan apnea) Asfiksia neonatorum atau kemungkinan sepsis
- Timbul segera setekah lahir sampai hari ke 3
- Riwayat ibu DM - Layu atau letargi
- Bayi kecil (berat lahir <2500 gr atau umur kehamilan <37 mgg)
- Bayi besar (> 4000 gr) Kadar glukosa * darah < 45 mg/dl (2,6 mmol/l) Hipoglikemia
- Timbul sejak lahir - Bayi kecil (< 2500 gr/umur kehamilan < 37 minggu)
- Menangis lemah
- Bayi tampak sakit
- Mengantuk / aktivitas menurun Masalah bayi feril non spesifik
- Tidak dilakukan resusitasi waktu lahir, bayi bernafas spontan waktu lahir
- Timbul kapan saja setelah lahir - Bayi tampak sakit
- Mengantung / aktifitas menurun
- Iritable / gelisah Dugaan sepsis
NB : Diagnosis pada kolom sebelah kanan tidak dapat ditegakkan apabilan temuan yang digaris awah tidak dijumpai pada bayi. Adanya temuan yang digaris bawahi tegak. Diagnosis ditegakkan hanya bila dapat temuan yang bertanda *. Temuan lain yang dicetak tegak merupakan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis, tetapi bila tidak dijumpai tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis
Manajemen Umum
• Ambil sampel darah dan periksa kadar glukosa darah, bila glukosa darah < 45 g/dl (2,6 μmol) tangani untuk hipoglikemia
• Berikan dukungan pada ibu untuk menyusui, bila bayi tidak dapat menyusui berikan ASI peras dengan memakai salah satu alternatif cara pemberian minum
• Nilai tonus dan aktivitas bayi paling tidak 1 kali / hari
• Bila bayi tampak layu atau letargi, hati-hati saat mengangkat atau mengubah posisi bayi, tahan seluruh tubuh bayi terutama kepalanya
• Bila masalah spesifik tidak ditemukan
- Nilai bayi untuk tanda-tanda tambahan setiap 2 jam selama 6 jam
- Yakinkan bahwa bayi mendapat minuman cukup dan hangat
• Bila masalah spesifik muncul pada periode pengamatan ikubl pengolahan tepat sesuai dengan masalah yang ada bila timbul masalah

Manajemen Spesifik
Letargi Karena Obat
• Lakukan manajemen umum
• Bila frekuensi nafas < 30x/menit berikan O2 dengan kecepatan aliran sedang
• Bila bayi, tidak bernafas, nafas megap-megap / frekuensi nafas < 20x/menit, lakukan resusitasi dengan balon / sungkup
• Bila bayi masih tetap letargi sesudah 6 jam, maka tangani sesuai dengan dugaan sepsis / asfiksia







DIARE


Bagaimana penanganan dehidrasi berat
Dapatkah Anda memberikan cairan IV?
Bila “YA”
Bila dapat memberikan cairan IV
- Beri cairan IV secepatnya (100 ml/kg BB, RL atau NaCl)
Usia Pemberian Pertama 30 ml/kg BB Pemberian berikutnya

< 12 bulan




1-5 th
1 jam
(30 tetes mikro/menit)


30 menit 5 jam
(5tetes makro/menit)
Atau
(14 tetes mikro/menit)

2,5 jam
Ulangi bila belum membaik
- Beri oralit (5 ml/ kg BB/ jam) bila penderita bisa minum, biasanya setelah 3 – 4 jam (bayi) atau 1 – 2 ja (anak)
Catatan : berikan obat Zinc selama 10 hari berturut – turut.
- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi. Kemudian pilhlah rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan terapi.
- Periksa tiap 1-2 jam
- Jika belum membaik beri tetesan cairan IV lebih cepat hingga nadi lebih kuat
- Beri oralit 5 ml/kg BB segera setelah anak mau minum
Bayi :3-4 jam
Anak : 1-2 jam
- Periksa bayi setelah 6 jam / anak setelah 3 jam, klasifikasikan lagi derajat dehidrasi, pilih rencana terapi
- Membaik ataupun tidak lakukan rujukan segera.
Bila “TIDAK”
Adakah terapi terdekat dalam 30 menit?
Bila “YA”
- Rujuk penderita untuk terapi intta vena (IV)
- Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan ibu cara memberikannya selama di perjalanan.
Bila “TIDAK”
Apakah Anda bisa menggunakan/ memasang pipa Nasogastrik atau Orogastrik untuk rehidrasi?
Bila “YA”
- Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik atau Orogastrik. Berikan sedikiit demi sedikit, 20 ml/ kg BB/ jam selama 6 jam.
- Nila setiap 1 – 2 jam:
 Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan lebih lambat.
 Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi IV.
Bila “TIDAK”
Apakah penderita bisa minum?
Bila “YA”
- Mulai rehirasi dengan oralit melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/ kg BB /jam selama 6 jam.
- Nilai setiap 1 – 2 jam:
 Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan lebih lambat.
 Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi IV.
Bila “TIDAK”
- Segera rujuk penderita untuk rehidrasi melalui Nasogastrik atau Orogastrik atau IV



CATATAN :
• Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga pengembalian cairan yang hilang dengan memberi oralit.
• Bila umur penderita > 2 tahun dan kholera baru saja berjangkit di daerah anda, pikirkan kemungkinan kholera dan antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar.
TAMBAHAN:
CARA PEMBERIAN OBAT ZINC
• Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc selama 10 hari berturut – turut.
• Dosis obat Zinc ( 1 tablet = 20 mg)
Umur < 6 bulan = setengah tablet per hari
Umur > = 6 bula = 1 tablet per hari
• Larutkan tablet dalam 1 sendok air matang atau ASI ( tablet mudah larut kurang lebih 30 detik) segera berikan pada anak.
• Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian tablet Zinc, ulangi pemberian tablet Zinc dengn cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga dosis penuh.
• Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infuse, tetap berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa mnum atau makan.
KOMPLIKASI DIARE
Penyebab dan Penanganannya
1. Hipernatremia
Hipernatremia bisa disebabkan
- Asupan garam berlebih (cairan terlalu banyak Na)
- Pembuangan cairan yang terlalu banyak dari tubuh
Penanganan :
- Beri oralit
2. Hiponatremia
Hiponatremia adalah keadaan Na serum < 130 mmol/L
Hiponatremia bisa disebabkan :
- Karena intake kurang
- Minum sedikit cairan / tidak mengandung Na
- Akumulasi zat terlarut non elektrolit aktif glukosa yang menyebabkan perpindahan cairan intra sel ke ekstra sel
Gejala-gejalanya :
- Disorientasi
- Lethargi
- Lemah pernapasan
Penanganan :
- Beri cukup oralit
3. Demam
Demam ini biasanya terjadi akibat :
- Infeksi rotavirus, disentri dan shigella
- Ada invasi ke dalam sel epitel usus
- Bisa karena dehidrasi dan akan hilang jika hidrasi cukup namun demam tinggi bisa diikuti kejang
Penderita dengan demam dan diare kadang juga menderita infeksi saluran pernafasan
Penanganan :
- Kompres
- Berikan antipiretik
- Berikan antibiotic yang sesuai (bila ada infeksi)
4. Oedema / Dehidrasi
Dehidrasi disebabkan :
- Terlalu banyak cairan yang rusak
Penanganan :
- Cairan IV atau oral dihentikan
- Berikan kortikosteroid bila kejang
5. Asidosis metabolic
Asidosis metabolic ini disebabkan
- Bertambahnya asam
- Hilangnya basa dari cairan ekstreseluler
Gejala-gejalanya :
- Kesadaran terganggu
- Anak gelisah
- Pernapasan cepat dan dalam (kusmaul)
Penanganannya :
- Berikan oralit yang mengandung cukup bikarbonas / sitras
6. Hipokalemia
Hipokalemia adalah keadaan dimana serum K+ <3 mmol/L
Hipokalemia disebabkan :
- Kehilangan kalium yang berlebih baik melalui ginjal maupun yang larut dalam feses
- Penggantian selama dehidrasi tidak cukup
Gejala-gejalanya :
- Kelemahan tungkai
- Illeus
- Gangguan ginjal
- Aritmia jantung
Penanganan :
- Berikan oralit
- Dietetik
7. Kejang
Kejang dalam hal ini bisa disebabkan :
- Akibat hipoglikemi
- Hipernatremi
- Hiponatremi
Penanganan :
- Glukosa 20% IV
8. Malabsorbsi dan Intoleransi Laktosa
Bila diberi susu formula
- Volume tinja bertambah
- BB tidak naik
- Dehidrasi memburuk
Penanganan
1) Campur susu dengan makanan untuk turunkan kadar glukosa
2) Encerkan 1/2-1/4 selama 24-48 jam
3) Beri makanan padat
4) Beri yogurt / susu fermentasi untuk mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri usus
5) Beri susu low/free laktosa / susu kedelai
9. Malabsorbsi Glukosa
Hal ni jarang terjadi namun pada diare biasanya terjadi disebabkan :
- Infeksi
- Gizi buruk
Penanganan :
- Hentikan oralit
- Beri cairan IV
10. Muntah
Muntah pada anak yang diare bisa terjadi karena :
- Akibat dehidrasi
- Iritasi usus / gastritis
- Karena infeksi sistemik
- Bisa karena pemberian cairan oral terlalu cepat
Penanganan :
- Beri oralit sedikit tapi sering (1 sendok makanan / 2-3 menit)
- Tidak perlu antiemetik
11. GGA (Gagal Ginjal Akut)
Gejala-gejalanya :
- Produksi urine <300 ml/m2 dalam 1 hari
- Terjadi pada diare dengan dehidrasi berat dan shock
- Penderita tidak BAK 12 jam setelah hidrasi cukup
Penanganannya :
- Ditujukan pada penyakit primer penyebab GGA (sepsis, renjatan, dehidrasi, obstruksi, keracunan, dsb)
- Beri larutan glukosa 10-20%, pindah tiap 8 jam untuk mencegah thrombosis akibat glukosa tinggi
- Tambah 25 mg heparin pada setiap 500 ml larutan glukosa
- Bila ada gangguan faal jantung kurangi cairan.


DAFTAR PUSTAKA


Behrman, dkk. 2000. IKA Edisi 15 Vol 3. Jakarta : EGC
Insley, Jack. 2003. Vade-Mecum Pediatri. Jakarta EGC.
Kosim, M. SHoleh Ed, 2007. Buku Panduan Manajemen Masalah BBL Untuk Dokter, Bidan, Perawat di Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI
Rosenstein, Beryl. 1997. Intisari Pediatri Edisi II. Jakarta : Hipocrates
Surasani, Asrining, dkk. 2003. Peran Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC